search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lika-Liku Hidup Warga Tegalbadeng Hingga Geluti Profesi Penjahit
Senin, 18 Juli 2022, 00:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Lika-Liku Hidup Warga Tegalbadeng Hingga Geluti Profesi Penjahit.

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.

Lika-liku hidup akhirnya memutuskan warga Banjar Tegalbadeng, Desa Tegalbadeng Timur, Kecamatan Negara, Jembrana, I Ketut Wartama (43) yang awalnya menampik profesi menjahit kini malah mengikuti jejak orang tuanya.

Alasannya, selain keinginannya menjadi tentara setelah lulus STM jurusan otomotif tahun 1996, usaha penjahit yang diawali orang tua saat 1970 lalu dinilai bukan mata pencaharian yang menjanjikan. 

"Hingga lulus sekolah, justru terpuruk malah tidak biaya masuk menjadi anggota TNI. Lantas coba berpetualang ke Surabaya bekerja di sebuah hotel. Hanya bertahan 2 tahun, lalu balik ke Bali dan kerja di restoran di Denpasar sebagai pencuci piring dan tak bertahan lama, hanya 6 bulan," ungkapnya. 

Ketut menceritakan saat itu ia juga pernah bekerja di sebuah garmen yang sempat terbakar tahun 2000. Ditempatkan di bagian merajut benang, ia hanya bertahan setahun bekerja. 

Akhirnya menikah di tahun 2002, dan memutuskan untuk menggeluti pekerjaaan warisan orang tuanya kembali sebagai penjahit yang dilakoninya sejak sekolah di STM. 

Mencoba meraup rezeki dengan membuka usaha dengan nama Busana Tailor, kini Ketut dikaruniai 2 anak dimana yang pertama masih kuliah dan anak kedua kini sekolah di SMAN Negara. 

"Suka duka, mensyukuri kerja dan menekuni serta bekerja dengan hati-hati. Risiko pekerjaan tentu ada tapi dinikmati dengan memohon doa pada Tuhan. Kini saya memiliki 3 mesin jahit dan 1 mesin obras. Untuk tenaga 1 orang dari tetangga sendiri," sebutnya. 

Selain itu, Ketut yang punya hobi sampingan motor gede dan  merawat burung mengatakan meski berpenghasilan tidak banyak, tapi itu cukup untuk kebutuhan hidup. 

Omzet rata-rata yang biasanya ia peroleh dari menjahit mulai dari Rp.60.000 dan tertinggi Rp.150.000, baik itu jenis baju atau celana. 

"Jangan lelah berusaha dan syukuri hidup apa adanya, justru dengan itu lebih semangat bekerja," ungkap Ketut yang termotivasi bekerja karena demi keluarga.

Editor: Robby Patria

Reporter: Jimmy



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami