search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Geliat Tanaman
Sabtu, 20 Februari 2021, 00:00 WITA Follow
image

FOTO: I Wayan Mario Utama menunjukan lahan garapan tanaman porang di kebunnya, Dusun Badingkayu, Pekutatan, Jembrana. Jumat (19/2/2021).

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, PEKUTATAN.

Tanaman porang, di Bali ada yang menyebut Kulo-kulo atau Iles-iles menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir di Dusun Badingkayu, Desa Pengeragoan, Pekutatan, Jembrana. Melihat jumlah tanam yang terus meningkat, salah seorang warga merasakan prospek komoditas porang diyakininya di 5 tahun kedepan masih memiliki potensi pasar yang besar.

Wayan Mario Utama (33) adalah salah satu warga yang kini menekuni pertanian porang. Sebelumnya ia adalah konsultan di Dinas Pekerjaan Umum (PU) berstatus tenaga kontrak. Setelah meninggalkan pekerjaan itu, kini ia lebih mendalami porang.

Ia menuturkan, setidaknya saat ini di lahan seluas 1 hektar miliknya bisa dijumpai sekitar 10 ribu tanaman porang. Bukan saja satu lahan, di lain tempat seluas 30 are juga ia tanami porang.  Saat beritajembrana.com menemuinya, Jumat 19 Februari 2021 peningkatan jumlah warga petani menanam porang dirasakannya mulai menggeliat sejak 4 tahun yang lalu di desanya. Diakuinya, hampir di tiap lahan pasti ada porang dengan usia yang bervariasi.

"Kebanyakan kita di sini menanamnya dengan pola tumpang sari, agar tanaman yang masih produktif bisa dimanfaatkan sekaligus menerapkan pola tanam supaya mendapat perlindungan dari pohon sekitarnya," ujar Mario Utama, lulusan jurusan akuntansi ini. Seiring porang menjadi pembicaraan hangat di sektor pertanian, tampaknya apa yang digelutinya sejak 2018 masih berlanjut hingga sekarang. Ia merasakan operasional lahan yang dibutuhkan jadi atensi serius disaat tahap pemupukan.

"Perawatan sendiri sangat simpel dilakukan, hanya saja saat pemupukan perlu langkah yang tepat, apalagi pupuk organik, kita harus fermentasi dulu pupuknya, " terangnya.

Disinggung hasil yang selama ini diperolehnya dari lahan seluas ini, ia pun sempat merasakan penjualan umbi sebanyak 5 kwintal yang disalurkannya ke pabrik maupun didatangi pengepul dari Jawa. Hasil panennya sempat terjual Rp8.000 - Rp12.000 per kilogram nya. Penjualan ini sekaligus digunakan sebagai modal beban pemeliharaan serta pembibitan.

Tanaman porang punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. 

Tanaman porang mengandung lebih dari 80% karbohidrat. Selain itu, porang juga memiliki kandungan konjac glucomannan atau yang lebih dikenal dengan sebutan glukomanan.

Kandungan ini berbentuk tepung sehingga dapat diolah menjadi beragam bahan pengganti, mulai untuk kesehatan hingga urusan rumah tangga. Mario Utama berharap seiring petani porang kian berkembang, terhadap pemerintah khususnya di Jembrana agar bisa menyediakan alokasi subsidi pupuk diiringi memberikan pelatihan dan motivasi  kepada petani porang.  "Serta harapan lain, kalau bisa di Jembrana sendiri memiliki pabrik seperti Singaraja yang menerima chips umbi porang sekaligus kalau bisa menyediakan pabrik pengolahan tepung," harapnya.

Saat ini pihaknya yang tergabung dalam komunitas petani porang area Bali juga sedang berupaya membentuk koperasi dengan tujuan utama, budi daya porang lebih mudah difasilitasi baik itu di pemasaran maupun pemodalan. 

Editor: Robby Patria

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami