search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ada Sosok Pasutri Asal Mendoyo di Balik Jaje Bendu
Senin, 19 April 2021, 00:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, MENDOYO.

Jaje Bendu "KWT Eka Cita" sudah melegenda dikenal banyak orang. Jajanan khas Jembrana ini tentunya sebagai salah satu kue pilihan saat ada hajatan resmi di lingkup pemerintahan maupun prosesi setingkat kampung.

Di balik suguhan wajib ini, ada dua sosok yang sudah lama melakoni pembuatan jajan berbahan dasar tepung ketan ini. Mereka adalah pasangan suami istri atau pasutri Ni Kadek Sukani (48) dan I Nyoman Sukadana (51). 

Adonan Jajan Bendu berproses di tangan pasangan yang menghuni rumah seluas 3,5 are di wilayah Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Mendoyo. Mereka mengaku telah menekuni pembuatan jajan ini sejak tahun 1997. 

"Saya bersama istri awalnya menitipkan di warung, akhirnya permintaan meningkat yang datang langsung ke rumah melalui pesanan telepon," ungkap I Nyoman Sukadana di kediamannya, Minggu (18/4/2021).

Masih menurut penuturan Sukadana, Jaje Bendu yang mereka kemas memiliki empat komposisi bahan, yakni tepung ketan, kelapa, dan gula aren. Seiring perkembangannya, selain bendu berwarna putih kecoklatan dirinya membuat aneka ragam warna seperti merah dan ungu. 

Semua variasi tidak mempengaruhi tekstur serta tetap menggunakan pewarna dari ubi ungu dan buah naga. Sejak adanya variasi warna ini, diakuinya permintaan lebih banyak datang untuk pesanan bendu berwarna ungu. 

Olahan Jaje Bendu yang bernaung dibawah Kelompok Wanita Tani Eka Cita yang berjumlah 11 orang sudah beberapa kali tampil dalam ajang perlombaan maupun pameran. 

Bahkan di ruang pengolahan, terpampang beberapa foto kepala daerah serta bukti penghargaan dari lomba Adhikarya Pangan Nusantara. 

"Astungkara saat itu tahun 2015 dapat juara 1 di tingkat kabupaten," imbuh bapak dua anak ini.

Seiring perjalanan waktu, pembuatan Jaje Bendu tetap dilakukan sebagai keseharian mereka, bahkan dalam situasi tertentu khususnya pada musim hajatan dirinya mengakui sampai kewalahan hingga melampaui target hingga 2.000 biji lebih.

"Kalau sudah kewalahan biasanya dibantu dua orang lagi, bahkan saya sampai menolak pesanan lebih dari 2.000 biji," tutur Sukadana.

Jaje Bendu "Eka Cita" dibanderol Rp1.250 per biji, bisa ditemui secara bebas dengan kemasan kotak mika berlabel. Sukadana bahkan mengakui hasil olahannya banyak dipesan dari wilayah Jembrana, bahkan Denpasar, Karangasem, dan Buleleng. 

Dirinya mengklaim Jaje Bendu olahannya utamanya masih bisa layak dikonsumsi dalam sehari tanpa mengurangi rasa dan teksturnya yang kenyal.

Editor: Robby Patria

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami