Melestarikan Permainan Jukung-jukungan Agar Tak Punah
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, JEMBRANA.
Bisa dihitung dengan jari yang menyukai miniatur jukung yang biasa digunakan sebagai permainan tradisional anak-anak zaman dulu.
Namun perajin miniatur jukung, I Wayan Ardama (57) asal Banjar Lemodang, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Jembrana berkomitmen untuk melestarikan hasil kerajinannya demi anak cucu ke depan agar tidak punah
Sejak kecil, ia mengaku suka permainan kuno yang penuh hiburan. Namun, pria yang sudah 47 tahun menggeluti pembuatan miniatur jukung mengaku tetap membutuhkan kreativitas dan imajinasi dalam prosesnya.
"Dulu saat kecil sebelum mandi di pantai, jukung-jukungan ini permainan yang sangat menyenangkan melihat layarnya bergerak mengikuti arah angin," ungkapnya.
Untuk pengerjaannya, Ardama menggunakan bahan yang khusus yakni sejenis kayu pule yang memang sangat ringan ketika di air. Jenis kayu ini tidak sulit dicari. Bahkan kayu bayur dan kayu waru juga sangat baik, karena sangat ringan.
Untuk katirnya menggunakan bahan bambu sedangkan untuk layar menggunakan kain parasut dan itu harus pesan di luar kota. Ukuran parasutnya mulai dari 1 hingga 6 meter.
Harga yang dibandrolnya tergantung dari jenis ukuran jukung yakni 40 cm dengan lebar 5 cm itu dikerjakan 3 hari, dihargai Rp.200.000. Bahan catnya memang khusus dari cat mobil karena selain awet dan tidak luntur.
Sedangkan untuk jenis 1,5 meter diameter lebar 10 cm itu dikerjakan 2 minggu dengan harga Rp.1.500.000.
"Ini dikerjakan saat luang waktu karena memang ini juga membangkitkan permainan tradisional yang hampir nyaris punah," ujaranya.
Selain jukung, Ardama juga bisa mengerjakan miniatur kapal pinisi yang membutuhkan waktu 3 minggu dengan bahan dasar semua dari bambu. Biasanya, untuk pesanan ini tergantung permintaan, ada yang dicat atau pernis.
Kapal pinisi dijual harga dari yang kecil Rp.200.000 hingga besar kisar Rp.1 juta.
"Biasanya yang pesan pelanggan baik dari kelautan atau pecinta miniatur kapal," katanya.
Ia berharap bisa lebih mengenalkan permainan tradisional ini kepada anak-anak agar tetap lestari.
"Miniatur jukung-jukungan melaju dengan cepat sesuai arah angin. Bahkan bisa terbang, dan justru mengurangi anak-anak bermain gadget," katanya.
Biasanya, tambahnya permainan ini dimainkan 2 hari sebelum purnama di Pantai Perancak yang dipadati pengunjung dari jam 15.00 - 18.00 WITA.
"Ini pun dimainkan dengan kondisi air laut surut sekitar 2 meter sepinggang orang dewasa," pungkasnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy