Cerita Peternak Burung Puyuh di Negara, Potensinya Besar
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, MELAYA.
Bagi Muhammad Khoirul Anam, peternak Burung Puyuh di Negara atau yang nama latinnya Coturnix coturnik atau bahasa Jawa Gemak merupakan komoditas ternak unggas yang kurang populer dibandingkan dengan jenis unggas lainnya (Ayam Ras Pedaging/Petelur, itik).
Namun sebenarnya bagi dia, burung puyuh mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, karena puyuh menghasilkan pangan yang tinggi nilai gizinya dan dapat membantu penyediaan sebagian protein hewani yang dibutuhkan dalam makanan kita sehari-hari.
Peternak burung puyuh yang biasa dipanggil Pak Anam Banjar Airanakan Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana menceritakan burung puyuh petelur dan pedaging awal dirintis pertama di Bali tahun 2011.
Bibit dibeli dari luar bali. Setelah mengetahui cara pengembangan dan merawatnya kini ia malah bisa bibit dan memelihara secara mandiri.
Selain sebagai peternak, Anam yang juga sebagai guru Biologi di MAN 3 Jembrana memelihara burung puyuh dengan jumlah kandang 12 berjumlah 4 ribu ekor burung puyuh. Masa panen setiap hari per seribu ekor 8 kg - 9 kg dilakoninya dengan keuletan dan kesabaran.
Anam menyebut harga pasaran mencapai Rp35 ribu per kilo. Harga terkadang naik turun tapi berbeda dengan telur ayam yang naiknya lebih tinggi. Harapan terhadap pemerintah selain pembinaan, pendampingan, serta modal pengembangan usaha. Sebagai usaha ini juga merupakan peluang yang bernilai ekonomi.
"Untuk pemasaran seputaran pasar dan juga dipasarkan ke seluruh kabupaten di bali. Kotoran unggas burung puyuh banyak manfaat sebagai pupuk yang ternyata bermutu tinggi. Maggot merupakan hasil yang paling optimal sebagai bahan pakan ternak ayam dan bahkan untuk pakan ikan," ungkapnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy