Generasi Muda Perlu Dilatih Buat Tenun Cag-cag Jembrana
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.
Perajin tenun Cag-Cag khas Jembrana Ni Nyoman Hariani (54) berharap anak-anak muda bisa diberi materi pelatihan pembuatan kain tenun tradisional agar warisan budaya ini tetap lestari.
"Harapannya pada anak muda sekarang, tenun Cag-Cag bisa dikembangkan pada mereka melalui sekolah-sekolah. Kain tenun songket tradisional ini justru perlu dilestarikan dengan cara pelatihan-pelatihan agar diminati para kaum milenial," ungkapnya belum lama ini.
Namun, meski tenun cag-cag khas Jembrana jarang diminati kaum milenial, dia tetap konsisten menjaga warisan budaya tersebut.
Hariani menuturkan pengerjaan kain tenun cag-cag saat ini dilakukan secara berkelompok di Desa Dangintukadaya tepatnya di Banjar Sebual, Kecamatan Jembrana.
Awalnya, ia menceritakan, tahun 1998 saat itu melihat cara orang menenun, hingga pada tahun 2000 mendapat bantuan kelompok dari BKKBN berupa modal uang untuk membeli bahan baku benang.
Baca juga:
52 Pimpinan OPD Beradu
"Kelompok terbentuk 20 orang dan hanya para lansia saja yang minat mengerjakan. Kain ini warisan sejak jaman nenek moyang saat itu. Bantuan uang diberikan masing-masing berjumlah Rp.500.000 dan tercatat dengan rapi hingga kini berbentuk dana talangan setiap tahun tanpa bunga," jelas Hariani.
Adapun jenis motif kain Cag-Cag jembrana terdiri songket bun bunan, songket bulan bintang, songket jembatan cinta.
"Untuk harga tiap motif yakni bulan bintang Rp.500.000, kalau yang motif penuh seharga Rp.2 juta tapi ini butuh proses 1 bulan dan itu tergantung variasi hingga 100 motif," katanya.
Untuk jenis pewarna terdiri dari dua yakni dari alam dan ada juga jenis sintesis. Untuk jenis alam menggunakan beberapa jenis daun-daunan. Konsumen banyak yang memilih perwarna sintetis karena selain murah juga hasilnya cepat.
"Harga motif warna yang alami mahal dan orang-orang tertentu saja yang memesan," tuturnya.
Untuk proses pengerjaan, kata dia kalau konsentrasinya bagus bisa dikerjakan 3 kain motif bulan bintang. Alat yang digunakannya masih tradisional dan masing-masing kabupaten punya ciri khas tersendiri.
Jika fokus dikerjakan sebulan, ia bisa menghasilkan Rp.1,2 juta, namun jika permintaan banyak harus dikerjakan bersama kelompok.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy