Pengusaha Kerupuk Minta Pemerintah Stabilkan Harga Minyak Goreng
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.
Pengusaha makanan ringan kerupuk olahan rumah, Martini (56) di Banjar Tengah, Desa Tegalbadeng, Kecamatan Negara, Jembrana melakoni usaha 20 tahun lalu dengan modal seadanya.
Berkat usahanya ini, Martini bisa membiayai kuliah anak ketiga yang sekarang menempuh semester 4 di Malang, Jawa Timur. Ia menjelaskan bahan yang diolah menjadi kerupuk berupa tepung terigu dan kanji serta citra rasa dari udang kering. Saat pagi hari, ia mengolah adonan awalnya dengan mencampur semua bahan kemudian dikukus tidak terlalu lama.
Lantas, bahan tadi diiris tipis berbentuk kotak panjang. Lalu hasilnya dijemur saat terik matahari menyengat yang normalnya membutuhkan waktu 3 hari agar siap digoreng.
"Butuh bahan sampai untuk adonan tepung 5 kg, bawang putih 1/4 ons, udang kering kering 1,5 ons, dan penyedap rasa. Ini ditekuni sendiri kadang dibantu suami yang hanya buruh di pabrik sekitar rumah. Hasil usaha ini dijual juga ke pabrik tempat suami bekerja. Bahkan hanya menjual keliling sekitar wilayah desa saja," paparnya.
Martini juga menjelaskan, pengerjaan kerupuk dilakukan 2 kali dalam 1 minggu yang rata-rata meraup pendapatan Rp600 ribu. Usahanya ini terus ditekuni tanpa mengenal lelah kendati kini harga minyak menjadi kendala lantaran harga minyak dari Rp15 ribu sampai Rp16 ribu itupun sulit di cari. Bahkan, ia sampai rela ke warung langganan warung yang membeli kerupuknya agar bisa dapat minyak goreng.
"Harga per bal dijual Rp10 ribu isi 12 lusin kerupuk. Dalam seminggu bisa menghasilkan 600 bal. Sedangkan minyak goreng yang dibutuhkan saat mengolah kerupuk 4 kg minyak sisa yang kemarin, tapi jika baru bisa membutuhkan minyak 6 liter sampai 7 liter yang dibeli dalam bentuk kemasan atau botolan. Semoga pemerintah bisa menstabilkan kembali harga minyak dan memfasilitasi kelangkaan minyak goreng," ungkapnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy