search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Makam Muslim Wikondo Lebih Seperti Tempat Wisata
Rabu, 27 Oktober 2021, 00:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Makam Muslim Wikondo Lebih Seperti Tempat Wisata.

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.

Juru kunci Makam muslim Wikondo, Saifur Ali (61) Banjar Air Anakan Desa Banyubiru Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana Bali. sehari-hari merawat dan membersihkan makam seluas 30 are tersebut.

Meski sebagai kuburan, Makam Muslim Wikondo malah tidak terkesan angker ataupun berbau mistik, melainkan teduh bahkan seperti tempat wisata. Dari penuturan 

Saifur Ali, ia merinci luas makam keseluruhan mencapai 20 are, sisanya merupakan ditambah areal jalan, bangunan Bale Sari, Mushola, dan gudang. 

Setiap petak tanah di makam itu sudah diwakafkan bagi para umat muslim yang akan memakamkan jenazah di area tersebut. Dari bilik setiap petak makam sudah bertuliskan area wakaf milik dari para yang mewakafkan.

"Pekerja di area makam ini berjumlah 2 orang dengan upah Rp65 ribu per-hari. Ini dibayar per bulan dengan sistem ditranfer melalui rekening," ujarnya. 

Saifur Ali menjelaskan, Makam muslim Wikondo diresmikan pada tahun 2015 oleh Bupati Jembrana yang saat itu dijabat Putu Artha. Hal ini juga mendapatkan sepengetahuan dari pihak Kantor Urusan Agama atau KUA Negara yang diberi nama Makam Muslim Wikondo.

"Sejarah makam ini berawal dari para jamaah yang meninggal di lingkungan mushola yang ada di Denpasar. Maka sulit untuk di makamkan. Bahkan guru-guru ngaji baik yang dari luar maupun yang ada sekitar air anakan dimakamkan sebagai tokoh-tokoh," ungkapnya.

Ia juga mengimbuhkan, diwakafkan bagi para mualaf tanpa dikenakan biaya apapun termasuk gali kubur, karena semua sudah diakomodasikan oleh Yayasan Wikondo.

"Walau ornamen berbentuk seni Tionghoa namun ciri khas Islam yang ada. Setiap makam tidak boleh dikeramik hanya batu nisan saja yang beda. Cara mengubur pun sama tanpa ada yang menyimpang dari aqidah Islam. Ada juga hibah dari PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia)," tegasnya.

Saifur Ali juga menambahkan, pemilik makam ini, Haji Trisno Wikondo Raharjo kerap aktif di kegiatan berbagi antar sesama umat beragama. Ia juga selalu hadir bila ada kegiatan non muslim, bahkan menyumbang untuk kegiatan amal seperti membuat ogoh-ogoh bagi warga sekitarnya.

"Total jumlah yang dimakamkan berjumlah 11 makam, terdiri dari mualaf, China muslim, dan tokoh muslim. Makam teduh ini dengan rimbunan pohon tanpa ada kesan angker, bahkan justru malah bernuansa seperti tempat wisata,“ tutupnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: Jimmy



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami