Rawan Bencana Gelombang Tinggi, Desa Banyubiru Gelar Simulasi
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.
Desa Banyubiru mengadakan simulasi kebencanaan gelombang tinggi dan angin kencang pada Rabu (7/08/ 2024).
Simulasi yang berlangsung selama dua jam ini menggambarkan potensi kerusakan besar di beberapa bangunan, termasuk rumah warga dan sekolah, serta dampak korban jiwa.
Banjar Pebuahan menjadi wilayah terdampak paling parah dengan 10 rumah rusak berat, satu bangunan sekolah rusak sedang, dan 40 warga terdampak.
Dalam skenario tersebut, dua orang terseret arus dan empat lainnya mengalami cedera.
Simulasi ini dirancang untuk menghadapi skenario bencana gelombang tinggi sekitar pukul 14.00 WITA, dengan angin kencang yang dapat berlangsung selama 2-3 jam.
Baca juga:
Wujud Syukur Atas Hasil Tangkapan, 30 Nelayan Ikut Lomba Dayung Tradisional di Desa Banyubiru
Seluruh elemen masyarakat terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan simulasi.
Ketika simulasi dimulai, masyarakat yang sedang beraktivitas menerima informasi dari BMKG tentang ancaman gelombang tinggi yang disebarluaskan oleh Kepala Desa dan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) melalui HT dan pengeras suara.
Warga kemudian diinstruksikan untuk menjauhi area pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi.
Tim pertolongan pertama dan evakuasi segera memberikan bantuan, sementara tim peringatan dini membunyikan kentongan dan sirine untuk memperingatkan warga lainnya.
Setelah gelombang surut, warga diarahkan ke posko darurat dan dilakukan pendataan awal untuk memastikan keselamatan semua warga terdampak.
Yayasan IDEP Selaras Alam menyelenggarakan simulasi ini untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana gelombang tinggi yang kerap mengancam wilayah pesisir Bali.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program DREAMS (Ketangguhan Bencana melalui Pendidikan Adaptasi dan Strategi Mitigasi) yang bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Jembrana, PMI, Basarnas, dan berbagai organisasi lainnya.
“Gelombang tinggi merupakan ancaman yang berdasarkan kajian risiko partisipatif yang dilakukan di Desa Banyubiru. Oleh karena itu, kegiatan simulasi ini adalah upaya dalam menghadapi dampak dari gelombang tinggi. Ini merupakan rangkaian dari penguatan kapasitas di wilayah rawan bencana, seperti di Desa Banyubiru, yang kita tahu ancaman risikonya cukup tinggi,” terang Putu Suryawan Nadi, Koordinator Program Yayasan IDEP.
KMPB Banyubiru, yang telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan intensif dari Yayasan IDEP sejak Maret 2024, menjadi peserta utama dalam kegiatan ini.
Simulasi kebencanaan ini merupakan kegiatan final sebelum rangkaian program ditutup.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh, KMPB Banyubiru diharapkan mampu menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana di desanya.
“Kegiatan pelatihan dan pendampingan dari IDEP selama enam bulan ini sangat bermanfaat. Harapannya, tidak hanya kelompok saja yang bisa menerapkan hasilnya, tetapi juga masyarakat luas bisa ikut memahami cara-cara menghadapi bencana sehingga bisa meminimalisir dampak bencana di sekitar kita,” ungkap I Komang Yuhartono, Perbekel Desa Banyubiru.
Simulasi ini diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga dan meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana sungguhan.
Selain itu, simulasi ini juga menjadi ajang untuk menguji koordinasi antar lembaga dan organisasi dalam penanggulangan bencana.
Yayasan IDEP Selaras Alam berkomitmen untuk terus mendukung dan memperkuat ketahanan masyarakat Bali terhadap bencana.
Dengan edukasi dan latihan yang tepat, masyarakat diharapkan lebih siap dan tangguh menghadapi ancaman bencana.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy