search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Harga Bahan Bumbu Naik, Pedagang Sate di Loloan Tak Mengeluh
Sabtu, 23 Juli 2022, 00:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Harga Bahan Bumbu Naik, Pedagang Sate di Loloan Tak Mengeluh.

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.

Meski harga bahan bumbu naik, pedagang sate di Loloan Barat  Buchari (48) mengaku tidak mengeluh dan tetap berjualan dengan harga yang sama. 

Warga asal Desa Tegalbadeng Timur ini berjualan sate ayam dan kambing di pinggir jalan perempatan Loloan Barat sejak 7 tahun lalu. 

Ia memulai usahanya dari jam 16.00-20.00 WITA dengan harga per porsi Rp.10.000 plus lontong. Sedangkan untuk gulai kambing juga seharga Rp.10.000.

"Walau harga bahan bumbu naik, tetapi harga sate tetap dijual normal. Apalagi daging kambing sekarang Rp.145.000, itu sama tulang. Sebelumnya harga Rp.120.000. Ya, jalani namanya usaha tak harus banyak mengeluh," ujarnya. 

Pria yang memiliki 2 anak laki-laki yang pertama sudah bekerja sedangkan yang kedua masih sekolah ini memulainya dengan jenis rombong pikulan. 

Rombong sate itu dibuat sendiri dengan desain khas madura. Dulu masih muda malah menjual sate dengan cara dipikul. Namun saat ini cukup dengan membuka angkringan di depan sebuah sekolah di Loloan Barat

"Bahan rombong pikul dibuat dari rotan dan kayu. Nama asli di madura disebut rombong pikulan, ini bisa menampung bahan jualan bisa mencapai 70 kg. Ciri khas berjalan ini ditunjukkan di depan masyarakat, sehingga banyak yang tertarik apalagi saat menggunakan blankon khas madura dan kaos belang merah putih," tuturnya. 

Ia pun menjelaskan, selain bumbu sate yang kental dengan aroma asap bakaran justru membangkitkan rasa tersendiri. Bahkan masyarakat Loloan tahu ini ciri khas pedagang sate madura. 

Untuk harga sate sekarang, katanya berbeda dengan sebelum pandemi covid-19, dimana 700 tusuk itu dibagi 2 untuk yang jualan di Tegalbadeng Timur. Hasil jualan per harinya, ia bisa meraup Rp.1 juta. 

"Semenjak Covid-19 melandai jualan mulai ramai. Ada juga yang pesan melalui telepon dan melalui sistem online. Dan ini justru mempermudah berjualan. Pembeli juga merasa nyaman dan aman," tuntasnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: Jimmy



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami