Warga Tegalbadeng Olah Anyaman Lidi Jadi Ingke hingga Sokasi
GOOGLE NEWS
BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.
Warga Banjar Tegalbadeng, Desa Tegalbadeng Timur, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana Ni Nengah Wiarmi (44) menekuni profesi sebagai perajin anyaman lidi sejak masih gadis hingga kini.
{bbadscontent]
Hasil anyaman lidinya bisa didesain menjadi ingke, dulang, bocoran, dan dulang susun serta sokasih atau keben.
Ia mengerjakan anyaman ini secara sambilan setelah selesai kegiatan dapur dan bersih-bersih rumah. Baru setelah itu, ia bisa melakukannya di waktu senggang. Selain itu, Wiarmi juga bekerja sebagai buruh lepas di sebuah pabrik pengalengan ikan.
Untuk kerajinan anyaman ingke, dia bisa mengerjakan dalam satu hari sebanyak 1 lusin, namun belum termasuk proses pernis.
"Anyaman bokoran dan dulang butuh lidi jenis yang lebih besar," ungkapnya.
Untuk harga, anyaman lidi jenis ingke dihargai sebesar Rp.120.000 selusin, sedangkan dulang susun harga Rp.180.000 per set, jenis bokoran Rp70.000 per set.
Sedangkan ingke model mangkok dibandrol Rp.65.000 tanpa pernis seperti yang dibeli pelanggan dari kabupaten lain.
"Jenis mangkok ada yang mengambil dari pengepul dan ada juga jenis bokor itu biasanya order per orangan dan kadang taruh di warung. Model mangkok dalam 1 minggu pemesan bisa mencapai 4 lusin dengan harga Rp.65.000 tanpa pernis. Lumayan murah yang penting jalan, dan tambah-tambah di dapur," katanya.
Wiarmi mengatakan dalam sebulan bisa mengerjakan 12 lusin dengan pendapatan total senilai Rp.780.000 itu tanpa pernis atau pernis.
Nantinya hasilnya digunakan untuk membeli bahan lidi di Pasar Lelateng. Sebulan ia menghabiskan anggaran hingga Rp.130.000 untuk membeli bahan. Itupun ada yang belum halus karena belum bersih.
"Jenis lidi adalah lidi janur yang muda. Hingga butuh proses pengeringan dengan cara dijemur," tutup ibu yang memiliki 2 anak ini.
Editor: Robby Patria
Reporter: Jimmy