search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengunjungi Makam Salah Satu Wali Pitu di Loloan Barat
Minggu, 21 November 2021, 00:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Mengunjungi Makam Salah Satu Wali Pitu di Loloan Barat.

IKUTI BERITAJEMBRANA.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAJEMBRANA.COM, NEGARA.

Kegiatan Wisata religi tetap terlaksana kendati sedikit ada peningkatan ketika masa Pandemi Covid-19. Hal ini tak menghalangi para peziarah yang tetap mengedepankan protokol kesehatan ketat.

Seperti yang nampak pada Makam Islam di Loloan Barat, Jembrana yaitu makam Habib Ali Bafaqih. Muhajirin Juru Kunci Makam menceritakan awal mula figur Habib Ali Bafaqih, yang dilahirkan dari pasangan Habib Umar dan Syarifah Nur, pada tahun 1890 di Banyuwangi. 

Selain mendalami ilmu al-Quran di waktu mudanya beliau dikenal sebagai pendekar silat yang sangat tangguh. Jauh sebelum beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Bali.

"Habib Ali terlebih dahulu mengajar di Madrasah Khairiyah selama setahun di daerah kelahirannya Banyuwangi. Perjalanan ke Bali beliau lakukan atas permintaan Datuk KH. Mochammad Said, seorang ulama besar di Loloan. Mulailah Syiar Islam berbinar di Loloan dengan makin bertambahnya ulama setingkat Habib Ali Bafaqih," ungkapnya.

Muhajirin juga mengimbuhkan, Jika di Pulau Jawa terkenal dengan Wali Songo maka di Bali ada Wali Pitu yang salah satunya yaitu Habib Ali Bafaqih. Habib Ali Bafaqih wafat dalam usia 107 tahun, pada tanggal 27 Februari 1997 M di Loloan Barat Jembrana, Bali. 

Atas perjuangan dan kegigihanya mensyiarkan agama Islam dan juga ketinggian ilmunya maka beliau dianggap sebagai salah satu “Wali Pitu” yang ada di Bali.

"Para peziarah banyak mulai datang, sebagai objek wisata religius juga mengingatkan umat manusia akan kebesaran-besaran ciptaanNya. Ziarah wali Pitu juga merupakan selain ritual agama para peziarah juga menikmati alam Bali yang mempesona. Hal ini justru membangkitkan kembali perekonomian selain obyek wisata juga penghasilan bagi masyarakat di sekitar mulai tumbuh," tegasnya.

Muhajirin memaparkan, adapun tempat wisata religius Wali 7 di Bali diantaranya mulai dari Seseh Mengwi (Tabanan) Pangeran Mas Sepuh atau Raden Amangkurat dengan gelar Syeikh Achmad Chamdiun Choirussaleh, yang merupakan putra dari Raja Mengwi ke V di Bali. 

Wali Bukit Bedugul Syeh Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi, Wali Negara Habib Ali Bin Umar Bafaqih, seorang wali pitu, wafat di usia 107 tahun, Wali Karangrupit seorang wali berasal dari China bernama The Kwan Pao-Lie dengan gelar Syech Abdul Qodir Muhammad. Semasa muda The Kwan Pao-Lie menjadi murid dari Sunan Gunung Jati di Cirebon. 

"Wali Kembar Karangasem, makam dari Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al-Idrus dan Syeh Maulana Yusuf Al-Baghdi, usia makam tersebut diperkirakan sudah berusia 400 tahun, Wali Kusamba Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al-Khamid,

semasa hidupnya Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al-Khamid menjadi guru bahasa Melayu dari raja Klungkung pada waktu tersebut berkuasa raja Dalem I Dewa Agung Jambe, dari desa Kusamba menuju pusat kerajaan Klungkung," katanya.

Terakhir, makam Pangeran Sosrodiningrat, Makam Ratu Ayu Anak Agung Rai (Raden Ayu Pemecutan), Pangeran Sosrodiningrat adalah senopati dari Kerajaan Mataram yang telah membantu dari ayahanda Ratu Ayu Anak Agung Rai yaitu Raja I Gusti Ngurah Gede Pamecutan ketika memenangkan peperangan melawan kerajaan Mengwi.

"Para peziarah juga bisa membeli buku -buku sejarah para wali Pitu dan bisa di baca saat perjalanan karena dengan membeli buku itu juga sebagai amal bagi pengembangan dan pemeliharaan sarana ulyang ada di makam-makam tersebut," pungkasnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: Jimmy



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritajembrana.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Jembrana.
Ikuti kami